
Satu dari Empat Seiyu di Jepang Pernah Mengalami Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan isu yang serius dan merugikan banyak orang di berbagai bidang industri, termasuk dalam industri seiyu Jepang. Dalam laporan resmi dari Buku Putih Mencegah Kematian Akibat Kerja Berlebih edisi tahun 2023 yang diterbitkan pemerintah Jepang, disebutkan bahwa satu dari empat seiyu mengalami pelecehan seksual di Jepang.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 640 profesional di bidang seni dan hiburan antara bulan Oktober dan Desember tahun lalu, lebih dari 20 persen aktor, spesialis adegan berisiko, penyiar, dan seiyu melaporkan telah mengalami pelecehan seksual. Lebih spesifik, satu dari empat seiyu dan penyiar melaporkan bahwa mereka menjadi korban pelecehan seksual.
Pelecehan tersebut mencakup tindakan yang tidak pantas seperti “disentuh oleh rekan kerja secara tidak senonoh” atau “ditekan untuk melakukan hubungan seksual.” Hasil survei menunjukkan bahwa persentase orang yang melaporkan telah mengalami pelecehan seksual tertinggi berada di antara seiyu dan penyiar dengan angka 25,7 persen, diikuti oleh 20,4 persen aktor dan spesialis adegan berisiko, dan 16,7 persen penulis dan kreator.
Selain pelecehan seksual, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa “rekan kerja yang mengucapkan hal-hal yang menyakitkan” merupakan bentuk pelecehan yang paling umum. Hampir 70 persen seiyu dan penyiar melaporkan pengalaman tersebut, sedangkan lebih dari 50 persen aktor dan spesialis adegan berisiko juga melaporkannya. Pemerintah memiliki niat untuk mengatasi pencegahan insiden semacam ini melalui penyebaran pedoman untuk menjalin hubungan kontraktual yang adil di bidang budaya dan seni, termasuk model kontrak yang diterbitkan pada bulan Juli tahun lalu.
Baca juga:
Pemerkosaan di Jepang: Tidak Dilaporkan, Delik Aduan, dan Tidak Diproses
| SumberPelecehan Seksual di Sekolah Jepang: Saat Korban Justru Dijauhi