
Wawancara Motoaki Tanigo (CEO Cover Corp.): “Sudah Saatnya Vtuber Jadi Tren di Indonesia”
Virtual Youtuber alias vtuber kini menjadi salah satu hal yang populer di kalangan penggemar jejepangan di Indonesia. Banyak vtuber yang berhasil naik daun di tanah air, salah satunya adalah para vtuber dari hololive. Agensi ini menjadi semakin populer ketika mereka membuka cabang di Indonesia (Hololive ID) sejak 2020. Pada 2023 ini hololive ID akhirnya menggelar konser 3D perdana bertajuk “viv:ID CRUISE: hololive Meet Asia Tour” yang digelar di event Indonesia Comic Con x DG Con 2023 pada Sabtu, 4 November 2023 lalu. Yang istimewa, konser ini juga bakal digelar di 3 negara lainnya, yaitu Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia!
Dalam event tersebut, tim KAORI bersama awak media lainnya berkesempatan mewawancarai Motoaki Tanigo (juga dikenal sebagai YAGOO) sang CEO Cover Corp. yang menaungi agensi Hololive. Tanigo-san sendiri juga tampil di event ini sebagai bintang tamu spesial dalam sesi panel yang digelar pada Sabtu sore. Dalam wawancara ini, kami mengulik Yagoo-shachou dalam me-manage agensi vtuber ini, mulai dari alasannya memilih Indonesia sebagai salah satu cabang luar negeri hololive, opininya tentang tren vtuber di Indonesia, serta alasan mengapa ia sering tampil ke publik dan menyapa para fans hololive!
Berikut wawancara selengkapnya bersama Motoaki Tanigo alias Yagoo sang CEO Cover Corp!
Halo, perkenalkan kami dari KAORI Nusantara! Sebelumnya selamat untuk para talent generasi ketiga sudah melakukan debut 3D dan konser viv:ID Cruise! Sebelumnya, adakah rencana atau tujuan yang ingin dicapai dari pihak Hololive sendiri?
Tentu saja ada, kami lebih ingin mendekatkan para fans dengan talent kami dengan mengadakan event live atau live streaming, atau bahkan bekerja sama dengan para artis terkenal, seperti Kobo yang bekerja sama dengan salah satu label musik terkenal, dan tentu saja konser viv:ID Cruise ini.
Tanigo-san merupakan seorang yang juga dekat dengan fans, sangat berbanding terbalik dengan para CEO dari berbagai perusahaan besar lainnya yang memilih bekerja di belakang layar. Mengapa Tanigo-san ingin lebih tampil ke publik, terutama dalam hal komunikasi dengan fans dan promosi untuk Hololive?
Menurut saya, Vtuber sendiri adalah konsep yang baru. Agar diterima oleh banyak orang, pihak kami sendiri harus rajin untuk mempromosikan apa itu Vtuber dan berupaya agar hal ini menjadi suatu budaya baru.
Sungguh menarik! Kemudian Tanigo-san sendiri mungkin baru pertama kali menjadi guest star dalam event ICC 2023 ini, tapi Tanigo-san sendiri apakah pernah datang ke Indonesia sebelumnya?
Saya pernah datang ke Indonesia, tepatnya di event Comifuro sebelum Gen Pertama debut. Saya waktu itu melihat kalau animo fans anime di Indonesia begitu besar.
Baca Juga: Wawancara Bersama Hololive Production: Kami Terkejut Banyak Fans dari Indonesia!
Sebagai sebuah agensi vtuber terkenal dengan talentnya yang beraktivitas seperti idol, adakah inspirasi untuk Hololive sendiri dalam melakukan kegiatan seperti idol di Jepang?
Tentu saja, banyak referensi dari manga, anime, dari budaya idol Jepang sendiri, kalau bisa memberikan contoh seperti grup idol Indonesia yang tenar seperti JKT48 dan LoveLive!. Para talent kami juga memiliki keunikannya masing-masing yang mewakili jati diri mereka, seperti berbakat di musik dan mudah berkomunikasi dengan para fans.
Mengapa Hololive sendiri terasa sangat mirip seperti idol?
Sejujurnya, Vtuber sangat beda dari idol. Kalau melihat dari talent yang ada, yang membuat kami berbeda dari para idol yang ada adalah bahwa setiap talent memiliki keunikan masing-masing. Kultur Vtuber ini juga dibuat untuk mengekspresikan kreativitas, dan kami sangat mendukung para talent yang ingin mengasah skill mereka. Bisa dikatakan bahwa budaya Vtuber adalah budaya kreatif yang tak terbatas.
Tahun 2020 adalah tahun Hololive ID berdiri. Mengapa Tanigo-san memilih membuka cabang di Indonesia?
Alasan saya membuka Hololive ID adalah banyak orang Indonesia yang sangat suka dengan budaya Jepang yang tak kalah dengan negara lainnya. Dan juga dengan adanya cabang baru bisa menjadi cara untuk menikmati budaya kedua negara secara bersamaan. Selain itu, saya juga berharap budaya Vtuber bisa tumbuh di Indonesia dan Hololive ID bisa semakin besar.
Hololive sendiri juga mengalami puncak popularitasnya saat masa pandemi, menurut Tanigo-san sendiri mengapa Hololive menjadi terkenal?
Masa pandemi merupakan masa yang sulit, bukan? Di mana mobilitas semua orang sangat terbatas dalam melakukan apapun, apalagi sekarang banyak orang lelah setelah bekerja seharian. Dengan adanya para talent yang menghibur para fans atau para penonton dengan stream bermain game, karaoke, dan zatsudan (mengobrol), saya rasa itu menjadi suatu healing tersendiri bagi mereka. Dan juga banyak penonton sangat suka dengan style anime yang membuat kami hadirkan para talent dengan tampilan anime.
Ketika orang-orang sudah mulai diperbolehkan kembali melakukan aktivitas outdoor, kami pun juga harus beradaptasi lagi dengan tren konsumen yang berubah. Salah satunya adalah keterlibatan kami dalam event offline seperti di Indonesia Comic Con, di mana kami mencoba membuat suasana event yang dapat dinikmati oleh para fans secara offline.
Tanigo-san sendiri berkecimpung di ranah Vtuber ini selama kurang lebih 7 tahun. Adakah hal yang sangat membuat Anda sungguh terkesan?
Dalam menjalani bisnis ini, tentu ada banyak hal yang membuat saya sungguh terkesan karena proses yang terjadi setiap hari merupakan hal yang penting. Tetapi yang berkesan bagi saya adalah bagaimana kami membangun suatu perusahaan yang dulu tidak ada nama kini sudah memiliki nama sendiri yang dikenal banyak orang. Ya, bisa dikatakan pertumbuhan ini sungguh cepat. Dan saya juga ingin berfokus pada kegiatan yang baru dan unik.
Berdasarkan pengalaman Anda dalam me-manage Hololive, kira-kira adakah saran yang Tanigo-san dapat bagikan kepada mereka yang ingin mengembangkan bisnisnya ke publik?
Kalau saran dari saya, cobalah untuk membuat sesuatu yang baru dan unik. Dari hal baru ini nanti akan muncul persaingan. Tentunya kita harus bersaing secara sehat agar usaha kita dapat berkembang secara baik.
Bagaimana pandangan Tanigo-san mengenai tren vtuber di Indonesia?
Saya melihat perkembangan vtuber di sini sudah mulai naik, terutama setelah peluncuran Hololive ID generasi ke-3. Selain itu, saya juga melihat para vtuber independen (indie) juga mulai terkenal. Saya rasa sudah saatnya vtuber menjadi tren yang berkembang di Indonesia seperti halnya di Jepang.
Kalau menurut Anda sendiri, bagaimana cara Tanigo-san agar Hololive tetap dapat dikenal banyak orang?
Kita harus melihat jumlah penonton dari para talent kami, kemudian menjadikan hiburan dari para talent sebagai salah satu healing seperti yang saya katakan sebelumnya, dan juga kita harus menyamakan Hololive dengan segala perubahan yang ada.
Kemudian, banyak sekali orang yang melakukan doxing (membocorkan data pribadi) para talent. Bagaimana cara Tanigo-san untuk mengatasi itu semua?
Mengenai hal tersebut, tentu saja kami akan menanggapi berbagai hal yang dapat membahayakan para talent ke ranah hukum yang ada.
Nah, menurut Tanigo-san sendiri apa sih yang unik dari Hololive?
Tentu saja para talent memiliki keunikan masing-masing. Kami sendiri juga mendengarkan minat dan keinginan dari para talent kami dalam aktivitas mereka. Selain itu, kami juga menyediakan konten yang diterjemahkan ke dalam bahasa lain seperti Holo no Graffiti agar para penonton dapat menikmatinya dengan nyaman.
Sebagai pertanyaan terakhir, adakah yang ingin Tanigo-san sampaikan kepada para fans di Indonesia?
Saya hanya berharap agar para fans senang dengan berbagai konten dan bahkan konser live Hololive, baik yang sedang berlangsung saat ini atau yang akan diadakan di masa depan. Saya juga berharap agar para fans bisa merasakannya secara langsung dan have fun, dan tentu saja kami akan berusaha yang terbaik untuk kalian. Terima kasih!
Inilah petikan wawancara kami bersama Motoaki Tanigo san. Apakah #Kaoreaders masih penasaran dengan seluk-beluk dibalik Hololive dan dunia vtuber lainnya? Ikuti selengkapnya di KAORI!
| Wawancara oleh Dean A., Andira I., Aldin F., dan Widya I. | Teks oleh Widya I. dan Tanto D.