
Saekano Flat Episode 10: Pengkhianat Profesional?
Eriri dan Utaha tak dapat berkata apa-apa menghadapi Akane Kousaka, profesional yang sangat pragmatis. Tetapi terus melihat spion ke belakang tidak bisa membuat mereka berdua berkembang.
Bahasan di bawah ini mengandung bocoran jalan ceritanya, stop membaca bila belum menonton sampai episode ini.
Tidak ada pilihan lain? Benarkah?
Eriri dan Utaha, dua orang “profesional” yang terjebak dalam dilemanya masing-masing, bertemu untuk mendiskusikan tawaran Akane. Utaha menanyakan apakah Eriri hendak menerima atau menolak tawaran tersebut, tetapi di balik penolakan Eriri, mereka berdua melakukan katarsis, pelampiasan stres.
Eriri beralasan ia tidak bisa menggambar untuk orang yang egois seperti Akane, tetapi saat menjelaskan berbagai alasannya, Utaha menyela, menuding bahwa Eriri hanya mengumpulkan alasan-alasan saja, namun tidak bisa memutuskan ikut atau tidak. Apa yang ingin dilakukannya, apa yang ingin diwujudkannya.
Utaha berpikir realistis, menjelaskan bahwa proposal tersebut dibuat dengan asumsi mereka berdua akan berpartisipasi. Tetapi karena Utaha tidak diperlakukan sebagai “pro” oleh Akane, ia pun baper, membawa perasaannya dan marah. Eriri pun bertanya, apakah ia akan menerima proposal tersebut. Tetapi ia menjawab, ia tidak punya pilihan lain. Mereka berdua masuk, atau tidak sama sekali.
Iori dan Akane merenungkan kembali hasil penawaran Akane. Akane, melihat peluang, sangat berambisi memasukkan mereka berdua. Ia bermimpi menghidupkan kembali Fields Chronicle. Karena itu, ia enggan bertemu dengan Tomoya yang menurutnya, masih terlalu idealis.
Pola pikir industri ini sebenarnya hal yang wajar. Tidak banyak orang yang berpikir bahwa untuk survive di dalam dunia industri, di mana tempat seseorang mencari uang, diperlukan pemikiran pragmatis dan oportunis, sehingga dalam perjalannya, berbenturan kanan-kiri dengan temannya dan menciptakan banyak musuh-musuh baru.
Iori tidak berpikir sejauh itu, ia merindukan masa di mana ia bisa berteman dengan banyak orang dan melakukan apa yang ia sukai. Sebelum mengundurkan diri, Akane berpesan satu hal, mengatakan bahwa tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan.
Hanya perlu sedikit dorongan untuk berkarya, bukannya baper
Machida berdiskusi dengan Utaha mengenai kelanjutan proyeknya. Sebelum mereka berpisah, Machida bertanya apakah ia menerima tawaran Akane. Dengan keengganan, Utaha mengatakan tidak mau bekerja dengan Akane karena tidak diperlakukan dengan baik.
Sebagai orang yang berdiri di dunia industri, Machida mengungkapkan pendapatnya, merasa bahwa Akane melakukannya tidak semata karena harta dan tahta. Ia menilai Akane adalah seorang profesional sejati, melakukannya karena kalau tidak, dia bisa tidak makan.
Eriri mengundang Utaha ke sekolah, menjelaskan bahwa ia akhirnya sudah bisa kembali menggambar setelah mandek empat bulan lamanya. Dalam proses menggambar langsung di sekolah itu, Eriri menceritakan masa lalunya. Ia sangat khawatir untuk kembali mengkhianati Tomoya. Saat kecil, ia mengkhianati Tomoya karena merasa iri. Ia ingin terus bersama Tomoya, namun sadar tidak bisa berkembang bila tetap bersamanya.
Adegan “berbaikan” penuh tangis dan dialog emosional ini pun ditutup dengan tekad mereka berdua. Eriri mengatakan bahwa ia tidak mau mengkhianati Tomoya, tetapi Utaha mengatakan bahwa ia akan menemani Eriri untuk “berkhianat bersama”. Tentunya sambil bersumpah bahwa ia akan menghancurkan Eriri.
Iori bertemu dengan Tomoya. Menceritakan bahwa mereka berdua diajak untuk bekerja bersama Akane, Iori membawa kabar bahwa ia dan Izumi siap untuk bekerja bersama Tomoya. Ia ingin melakukan sesuatu yang baru.
Episode diakhiri dengan Megumi, yang berpakaian seperti musim semi setahun lalu, dan mengajak Tomoya kencan.
Maksudnya, kalau memang profesional, kenapa tidak berlaku selayaknya profesional? Bekerja dengan rigid, taat pada tenggat waktu, dan tentunya tidak memasukkan alasan-alasan personal? Plus, komunikasi yang baik.
Berkhianat kok setengah-setengah?
Setelah beberapa episode lalu penonton disajikan dengan jualan Megumi Kato besar-besaran, maka tampak bahwa episode kali ini berupaya menyajikan tarik ulur yang sangat kental di dalam novelnya.
Tetapi episode 10 yang emosional ini entah mengapa tetap berada dalam kegamangan. Ingin berdrama, namun eksekusinya tidak bisa menghadirkan pergulatan batin mengenai drama perasaan karakter-karakternya terhadap Tomoya. Ingin menghadirkan dunia industri, namun terasa ditarik ingin menjadi sebuah anime drama.
| oleh Kevin W