
Ulasan Napping Princess: Kisah Putri Tidur Mecha
Film anime Napping Princess: The Story of the Unknown Me dirilis di Jepang pada bulan Maret tahun 2017 lalu. Film anime yang juga dikenal dengan nama Ancien and the Magic Tablet atau Hirune Hime: Shiranai Watashi no Monogatari ini berkisah mengenai seorang gadis bernama Kokone Morikawa di Okayama pada tahun 2020 menjelang Olimpiade Tokyo. Suatu hari Kokone tak bisa menahan kantuk saat belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi. Ketika ia tidur, ia mengalami mimpi aneh tentang sebuah negeri yang dihuni oleh putri-putri berkekuatan gaib dan mesin-mesin yang sedang berperang, dan ia terkejut ketika mengetahui petunjuk kalau keluarganya mungkin terlibat. Ketika peristiwa-peristiwa di dunia mimpi ini mulai sama dengan dunia nyata, Kokone sadar ia harus berusaha menghentikan para penjahat dari kedua dunianya.
Seperti tertulis di sinopsis filmnya, Kokone Morikawa memiliki kebiasaan tertidur di kelas. Ia selalu bermimpi menjadi Ancien, seorang putri kerajaan Heartland yang pemberani dengan jiwa petualang. Kerajaan Heartland adalah kerajaan yang canggih teknologinya. Rajanya selalu memerintahkan warganya membuat mobil selama 24 jam tanpa henti. Dengan tablet computer ajaibnya ia dapat menyihir berbagai macam mesin menjadi hidup dan memiliki hati, seperti membuat boneka pemberian ayahnya, Joy hidup atau merubah sepeda motor bernama Heart menjadi robot yang memiliki kesadaran. Sepeda motornya dapat berubah menjadi robot ala Transformer dan bentuk mecha-nya mirip desain Baymax. Suatu ketika ada monster besar bernama Collossus menyerang kerajaan Heartland dan Raja pun mengutus para jenderal dan tentaranya menyerang Collossus dengan mecha kerajaan Enginehead. Bentuknya mirip mesin mobil dengan kepala dan tangan.


Di dunia nyata dengan setting waktu menjelang Tokyo Olimpiade 2020, Kokone Morikawa hanya seorang siswi kelas 3 SMA. Meskipun ibunya telah meninggal sejak ia kecil, bersama ayahnya yang bekerja sebagai montir, dia menjalani kehidupan yang normal. Namun setelah ayahnya ditangkap polisi dan orang-orang tidak dikenal menggeledah rumahnya. Kokone merasakan mimpi dan kehidupannya di dunia nyata adalah satu kesatuan dan saling berhubungan.




Film ini menyajikan cerita drama yang sedikit membingungkan di awal namun akan terlihat jelas seiring cerita berjalan. Plot yang disajikan oleh Kenji Kamiyama sebagi penulis cerita dan sutradara memberikan pengalaman yang mendebarkan. Menjelang pertengahan film, kita akan disuguhkan adegan-adegan yang intens dan seru, apalagi ketika Kokone dan Morio melarikan diri dari pria jahat berbrewok tebal. Alur cerita setelah ini terasa cepat perpindahannya antara dunia mimpi dan dunia nyata, sampai-sampai penonton dibuat sedikit pusing memahami alur ceritanya.
Dan hal penting yang perlu diingat dalam film ini adalah bahwasanya anime ini adalah sebuah anime mecha berbalut fantasi. Mecha yang ditampilkan pada film ini didesain oleh Shigeto Koyama yang dikenal dengan desain mecha dari judul-judul seperti Tengen Toppa Gurren Lagann, Eureka Seven dan Star Driver. Bagi yang akrab dengan judul-judul tersebuat akan menemukan pertarungan robot dalam film sangat memuaskan. Apalagi adegan terakhir dengan robot Enginehead dan Heart yang tiba-tiba bersayap ala Wing Zero Custom di anime Gundam Wing. Shigeto Koyama juga mendesain Baymax, karena itulah desain Heart terlihat mirip dengan Baymax dari film Big Hero 6.
Film ini diproduksi oleh studio Signal.MD dan disutradarai oleh Kenji Kamiyama, dengan musik digubah oleh Yoko Shimomura. Sayangnya lagu ending credit “Daydream Believer” tidak diperdengarkan pada pemutaran perdana film ini.

Nantikan segera film anime ini pada 2 Agustus 2017 di Cinemaxx dan CGV Cinemas Indonesia!
| Diulas oleh Goldy